Rakyat dipaksa untuk tutupi kebutuhan sehari-hari

Semua tarif naik, masih layakkah Jokowi disebut pemimpin wong cilik?

Kenangan foto iklan Pilpres 2014, dimana Jokowi diidentikkan sebagai ikon pemimpin pro wong cilik./*ist

JURNAL3 | JAKARTA – Kenaikan tarif dasar listrik (TDL), harga bahan bakar minyak (BBM), dan pengurusan surat-surat kendaraan bermotor, merupakan bukti bahwa Presiden Jokowi sudah tidak layak lagi disebut sebagai pemimpin wong cilik.

Demikian disampaikan pemerhati sosial dan politik, Jajat Nurjaman, Jumat (06/01/2017).

Jajat memaparkan, alasan Jokowi tidak pantas lagi disebut pemimpin wong cilik alias pemimpin rakyat kecil adalah, dampak luas dari kebijakan-kebijakan tersebut, rakyat semakin susah dan terjepit.

“Rakyat dipaksa untuk dapat menutupi kebutuhan sehari-harinya, di tengah kegagalan pemerintah dalam mengendalikan harga-harga bahan pokok,” ungkapnya.

Menurutnya, sebagai pemangku tertinggi dalam pengambilan kebijakan, seharusnya Jokowi dapat mengontrol harga barang di pasar.

“Atau mempunyai langkah antisipasi agar daya beli masyarakat dapat meningkat. Jika semua harga di pasaran tinggi sudah dipastikan daya beli masyarakat akan menurun,” sebut Jajat.

Saat ini, lanjut dia, Jokowi terlalu asyik melakukan blusukan melihat megaproyek kerjasama pemerintah dengan swasta, namun melupakan blusukan untuk melihat kondisi rakyat terutama rakyat kecil.

“Jika keadaan terus seperti ini jangan salahkan rakyat jika meminta Jokowi-Jk mundur,” imbuhnya.

Jajat menambahkan, sebagai pemimpin yang lahir dari rahim rakyat, seyogyanya Jokowi bisa merasakan penderitaan rakyat bukannya malah semakin menambah penderitaan rakyat.

“Jokowi juga tercatat merupakan Presiden Indonesia yang paling hobi menaikan harga, mencabut subsidi dan menambah utang negara,” pungkasnya.@red

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*