Jurnal3.net/Surabaya – Dalam rangka memperingati hari lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama yang ke – 99 dan hari lahirnya Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, Aswaja NU Center PWNU Jatim menyelenggarakan khataman kitab Risalah Ahlussunah Wal Jamaah karya Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Senin (14/2/2022)sore ini.
Hadir dalam kegiatan ini Ust. Dafid Fuadi, M.Pd.I Tim Peneliti Pemikiran Islam Aswaja NU Center PWNU Jatim yang didapuk sebagai pembaca kitab tersebut. Kegiatan ini berlangsung, dari pukul 15.00 – 16.00 WIB secara daring melalui zoom meeting.
Di dalam kata pengantar kitab, Ust. Dafid Fuadi, M. Pd.I menyunting kitab Mbah Hasyim mengatakan, kitab ini sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh umat Islam saat ini mengenai pengokohkan akidah dan kumpul/bergabung denga Al firqah Al na-najiyah (golongan yang selamat), yakni golongan Ahlussunah Wal Jamah.
Karya ulama ini mempunyai kapasitas ilmu yang sangat tinggi dan mendalam, alim, dan kompeten sekaliber Mbah Hasyim harus dicetak dan dibaca serta diambil pandangan-pandangannya oleh umat Islam.
Hal ini sangat penting bagi umat islam tidak mengambil fatwa dan pendapat seseorang yang tidak mempunyai kapasitas keilmuan yang memadai.
Kitab Risalah Ahlussunah Wal Jamaah ini memaparkan terkait Sunnah dan bid’ah, pentingnya berpegang teguh pada golongan Ahlussunah Wal Jamaah. Keharusan bagi umat Islam yang awam untuk bermadzab serta mengambil pandangan ulama salaf as-shalih, penjelasan perpecahan umat islan menjadi 73 golongan dan golongan yang selamat merupakan golongan Ahlussunah Wal Jamaah mengenai kematian dan ziarah kubur, tanda-tanda kiamat, dan nasihat-nasihat yang baik.
Selain itu, Mbah Hasyim menjelaskan umat Islam di tanah Nusantara sejak dulu mayoritas bermadzhab Syafi’i, dalam masalah tauhid mengikuti madzah al-Asy’ari dalam tasawaf mengikuti Imam Al Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-Syadziliy. Kemudian Mbah Hasyim menjelaskan bahwa ada dua golongan, yaitu golongan salafiyyun (Salafisme) dan golongan Wahabi.
Salafiyyun adalah golongan yang berpegang pada madzhab tertentu atau bermadzhab, perpegang pada rujukan kitab kuning karya ulama salaf as-shalih yang mu’tabarah (diakui dan gredibel), cinta dan tabarukan (mengambil keberkahan) terhadap Ahlul Bait Nabi, para shahabat, para wali, dan orang-orang shalih, ziarah kubur, mentalqin mayit, sedekah dan doa yang pahalanya untuk orang yang sudah wafat, tawashul, dan meyakini adanya syafa’at. Dan, ini adalah karakter Nahdhiyyin.
Sedangkan muncul golongan belakangan ini sampai detik ini yaitu pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Disebut golongan Wahabi. Golongan inilah yang sejatinya ahli bid’ah.
Sebab, mereka mengharamkan sesuatu yang telah disepakati kesunahannya oleh ulama dan umat Islam, seperti ziarah kubur Nabi, mengharamkan taqlid (mengikut) pendapat ulama salaf as-shalih dengan alasan bahwa ulama tidak ma’shum (terjaga dan bersih dari dosa), melakukan kerusakan yang diatasnamakan amar ma’ruf nahi munkar dan mempermainkan agama, menjatuhkan permusuhan dan perpecahan serta ujaran kebencian.
“Karena itu, Mbah Hasyim mengibaratkan golongan Wahabi ini bagaikan anggota tubuh yang rusak yang jika tidak diamputasi akan menjalar dan menular ke anggota tubuh yang lain. Dan juga, Mbah Hasyim juga mengibaratkan golongan Wahabi seperti penyakit kusta, yang setiap manusia harus lari dan menghindarinya,” pungkas dia. (syaiful)