JURNAL3.NET / JAKARTA – Analis pasar uang, Rully Nova, mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi aksi profit taking di pasar saham.
“(Pelemahan rupiah) dari domestik dipengaruhi oleh aksi profit taking di pasar saham terkait dengan hari kerja yang lebih pendek dalam minggu ini,” ujarnya dilansir dari Antara pada Senin (26/5/2026).
Kurs rupiah pada penutupan perdagangan Senin hari ini di Jakarta, melemah sebesar 32 poin atau 0,19 persen menjadi Rp16.249 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.218 per dolar AS.
Menurut Rully, indeks bursa sudah melesat tinggi dari posisi terendahnya pada tahun ini, sehingga investor hanya merealisasikan keuntungan saja.
Di sisi lain, pernyataan hawkish dari Federal Reserve (The Fed) terkait ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) juga mempengaruhi kurs rupiah
“Ada kekhawatiran dari The Fed jika kebijakan tarif Trump akan mengakibatkan inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi,” ucap Rully.
Sementara itu, Ibrahim Assuaibi pengamat pasar uang menyampaikan bahwa The Fed mengkhawatirkan ketidakpastian ekonomi.
“Kashkari (Federal Reserve Bank of Minneapolis President Neel Kashkari) mengatakan Fed tidak mungkin mengubah suku bunga pada bulan September,” ucapnya.
Selain itu, penjualan obligasi pemerintah AS dilakukan secara terus-menerus, sehingga pasar tetap waspada terhadap kesehatan fiskal AS yang memburuk dan kenaikan tingkat utang.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin justru menguat ke level Rp16.207 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.289 per dolar AS./*Red