JURNAL3 – Melaksanakan ibadah haji dari AS bisa dikatakan lebih mudah dan murah dibandingkan dari Indonesia. Dua pendiri biro perjalanan haji dan umrah di AS mengaku prihatin atas kenyataan itu dan mengatakan seharusnya situasinya terbalik.
Lebih mudah dan lebih murah. Lebih mudah karena calon jemaah tidak perlu menunggu lama untuk berangkat ke Tanah Suci, seringkali hanya beberapa pekan sebelum jadwal keberangkatan. Jadi, begitu berniat, tahun itu juga bisa berangkat.
“Sangat jauh lebih gampang,” cetus Shamsi Ali, yang sejak tahun lalu membentuk divisi perjalanan haji dan umrah dalam Nusantara Foundation USA di New York. Tahun ini Nusantara Foundation mulai memberangkatkan jemaah haji untuk pertama kalinya dengan mengutip biaya sampai US$ 9.000. Ketiadaan birokrasi, menurut Shamsi Ali, membuat proses perjalanan haji sangat mudah.
“Kita tidak punya kuota jadi masing-masing travel agent punya hak untuk merekrut,” kata Shamsi Ali.
Di Indonesia, kini tidak ada kemudahan itu. Secara umum calon jemaah harus menunggu. Masa tunggu bervariasi, mulai dari 11 sampai 39 tahun, bergantung pada provinsi tempat tinggal calon jemaah.
Mohamad Joban, pendiri Ar Rahman Hajj & Umrah pada tahun 1992 di Redmond, negara bagian Washington mengatakan, di AS tidak perlu menunggu karena jumlah yang pergi haji sangat kecil dibandingkan jumlah dari Indonesia.
Ia memperkirakan sekitar 10 ribu jemaah, dengan kenaikan sampai 30 persen dibandingkan jumlah pada 25 tahun lalu. Kenaikan itu, menurutnya, akibat kemudahan transportasi, komunikasi dan bertambahnya jumlah muslim di AS.
Selain mudah, pergi haji dari AS lebih murah dibandingkan dari Indonesia.
Biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) di AS lebih tepat dibandingkan dengan program ONH Plus di Indonesia, terutama dari segi waktu dan fasilitas. Tahun ini, BPIH dari AS paling tinggi US$13 ribu. Dengan fasilitas dan layanan yang sama ONH Plus di Indonesia bisa mencapai US$20 ribu.
Perbedaan harga itu cukup mencolok dan sulit diterima. “Memang aneh,” Joban.
“Indonesia, mestinya lebih murah karena tiketnya lebih murah,” kata Joban.
Selain itu, secara jarak, Indonesia ke Arab Saudi lebih dekat dibandingkan dari AS.
“Dengan harga, misalnya sekarang ini sekitar US$9.000-lah, itu sudah bisa tinggal di hotel bintang lima di Mekah maupun Madinah dengan fasilitas yang tidak kalah-kalah dari mereka yang terkadang bayar sampai US$20 ribu dari Indonesia,” katanya.
Joban menunjuk banyaknya kutipan, dari tingkat bawah sampai ke Kementeriaan Agama, sebagai penyebab tingginya ONH. Pengutipan terjadi karena jalur pengurusan pemberangkatan haji yang berlapis.
Hal senada disampaikan Shamsi Ali yang pernah aktif sebagai tenaga musim haji.
“Kemungkinan besar ada bayar sini, bayar situ di Indonesia terbiasa untuk memudahkan urusan, biasanya ngasihnya saya tidak ingin memakai kata negatif, tetapi biasanya ngasi itulah. Nah itu masih terjadi,” kata Shamsi Ali.
Di AS, urusan pemberangkatan haji dilakukan biro perjalanan haji yang jumlahnya kini antara 300 dan 500, termasuk Ar Rahman, yang tahun ini menetapkan ONH US$ 9.500. ONH dibayarkan langsung ke agen, mencakup visa, konsultasi dan bimbingan, akomodasi dan transportasi, sampai pendampingan saat pelaksanaan ibadah.
Walaupun masih lebih murah dibandingkan ONH di Indonesia, menurut Joban, ONH di AS dua tahun ini naik. Untuk mengatasinya, masa pelaksanaan ibadah haji dikurangi. Kalau dulu Ar Rahman Hajj menyelenggarakan ibadah haji sampai 21 hari, kini hanya 15 hari.
Lonjakan biaya paling besar pada akomodasi akibat menyusutnya jumlah hotel dengan dibongkarnya 500 hotel yang dinyatakan tidak aman atau tidak layak. Tetapi bagi Shamsi Ali, itu tidak masalah.
“Yang penting tidak terlalu banyak urusan-urusan birokrasi,” kata Shamsi Ali.@voa