Wow! Australia sebut Jenderal Gatot ambisi jadi presiden

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo oleh seorang profesor asal Australia disebut sosok yang berambisi menjadi presiden melalui insiden pemutusan kerjasama militer Indonesia-Australia./*ist

JURNAL3 | Perang adu mulut pasca dihentikannya kerjasama militer Indonesia-Australia, berbuntut polemik panjang. Kali ini, Panglima TNI tak luput dari sasaran gosip di negeri kanguru itu,

Jenderal Gatot Nurmantyo digambarkan oleh pengamat politik Indonesia di Universitas Nasional Australia (ANU) sebagai sosok yang memiliki ambisi politik, bahkan ingin menduduki jabatan sebagai presiden di masa depan, menyusul pemutusan kerjasama salah satu program pertahanan antara Indonesia dan Australia.

“Gatot memiliki ambisi politiknya sendiri. Dia tampaknya ingin menjadi kandidat wakil presiden atau presiden,” kata Greg Fealy, asisten profesor di ANU, seperti dikutip The Australian Financial Review, Jumat (06/01/2017).

“Dia adalah orang yang sangat mengetahui kapabilitasnya sendiri dan banyak orang di elit politik yang melihatnya sebagai pemain. Ketika membuat pernyataan seperti ini, dia tidak hanya memposisikan dirinya sebagai panglima angkatan bersenjata, tapi juga memposisikan diri untuk karir politik di masa depan.”

Fealy juga mengatakan bahwa pernyataan pemutusan kerja sama militer antara Indonesia dan Australia merupakan inisiatif Gatot.

“Dia tampaknya bertindak sepihak dalam menghentikan apa yang tampaknya merupakan bagian penting dalam hubungan militer antara Indonesia dan Australia tanpa berkonsultasi dulu dengan menteri pertahanan Indonesia, dan juga tidak membawa masalah ini ke rapat kabinet,” jelasnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menjelaskan bahwa tidak semua kerja sama pertahanan Indonesia-Australia dihentikan, melainkan hanya program pelatihan bahasa saja.

“Bukan seperti yang diberitakan di banyak media akhir-akhir ini,” kata Wiranto dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta kemarin.

“Baru-baru ini muncul berita penghentian sementara kerja sama RI-Australia, yang perlu saya klarifikasi, tidak seperti diberitakan bahwa seluruh kerja sama pertahanan dihentikan,” tambahnya.

Ahli politik internasional dan keamanan dari Universitas Deakin, Prof. Damien Kingsbury, mengatakan Gatot memang memiliki sejarah permusuhan terhadap posisi strategis Australia. Dan, fakta bahwa ia mengambil keputusan untuk menghentikan sementara kerja sama militer tanpa berkonsultasi ke Presiden Joko Widodo merupakan hal “yang tidak biasa” dalam hubungan bilateral.

“Ini sangat aneh,” kata Kingsbury, dikutip dari The Courier. “Dia seharusnya tahu persis apa implikasi dari hal ini terhadap hubungan bilateral.”

Kingsbury menambahkan, materi pelatihan yang digunakan di Perth bukan merupakan hal baru dan anggota Kopassus silih berganti mengikuti pelatihan secara rutin, jadi menurutnya, sudah banyak yang melihat materi tersebut.

“Jadi ini menimbulkan pertanyaan ada apa sebenarnya dengan Gatot, apakah benar-benar karena penghinaan yang dimaksud atau ada permainan yang sedang dimainkan,” tutupnya.@afr

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 5 seconds