JURNAL3 | JAKARTA – Pidato pertama Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump telah memantik kekhawatiran dunia. Hal ini harus disikapi serius pemerintah Indonesia dan otoritas keuangan.
Terutama dari sisi perdagangan, Trump tegas akan menerapkan kebijakan proteksionismenya, dengan kalimat ‘buy American product and hire American labor.’
“Proteksi ini bukan sekadar bahan kampanye, namun sudah mulai terlihat dari peringatan Trump kepada Ford agar memindahkan pabriknya dari Meksiko ke AS,” ujar ekonom Institute for Development of Ecomic and Finance (INDEF), Bhima Yudhistiria Adinegara, Senin (23/01/2017).
Dengan kebijakan proteksi itu, tegasnya, akan memicu perang dagang dengan China. Sehingga risiko langsung bagi Indonesia adalah penurunan ekspor bahan baku ke China. Karena negeri itu akan mengurangi produksi sebagai antisipasi proteksi Trump.
“Sedang dampak pasar impor kita justru Indonesia terancam akan kebanjiran produk dari China akibat barang China dihambat masuk AS. Pasar domestik Indonesia yang menjanjikan bisa jadi pelampiasan eksportir China,” ingat dia.
Sementara terhadap Indonesia, kata dia, Trump tetap akan membutuhkan Indonesia sebagai mitra dagang penting, baik dalam APEC maupun di G20, posisi Indonesia setara dengan AS.
“Sikap AS dibawah Trump diprediksi tidak akan berubah secara signifikan dengan Indonesia, kerjasama perdagangan, keuangan, dan investasi pasti terus berlanjut. Meski pemerintah juga harus kreatif perluas pasar non AS, seperti ASEAN,” ujarnya.
Apalagi saat ini posisi Negara Paman Sam itu diuntungkan dengan ada kebijakan relaksasi ekspor minerba yang memberi angin bagi industri tambang AS di Indonesia. “Kunjungan pertama Trump seharusnya ke Indonesia walaupun dari segi politik kurang diterima, tapi dari segi ekonomi bisa mempererat kerjasama,” ujar Bhima.@salsa