JURNAL3 | JAKARTA – Aksi Bela Islam pada 4 November (411) dan 2 Desember (212) tahun 2016 lalu menciptakan dua indikator yang berpengaruh besar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Khususnya, terkait perubahan di masyarakat dan menguatnya kelompok transnasional.
“Ini berbahaya bagi NKRI. Khususnya aksi 212 yang dihadiri banyak massa,” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam sambutannya saat rapim Mabes Polri, di gedung PTIK, Rabu (25/01/2017).
Meski dapat ditangani dengan baik, lanjut Tito, hal itu menjadi perhatian khusus Polri dalam menghadapi tantangan intoleransi keagamaan.
Selain itu, Kapolri menekankan beberapa isu penting lainnya yang perlu digarisbawahi. Termasuk Pilkada DKI yang menimbulkan massa pro dan kontra.
“Saat ini ada polisarisasi di masyarakat sebagai ekses dari proses pilkada,” lanjut mantan Kapolda Metro Jaya itu.
Sektor keamanan, menjadi sorotan Tito dalam mengamankan ajang kontestasi perebutan kursi DKI 1 tersebut.
Eks Kadensus 88 Antiteror itu juga menyinggung soal konflik vertikal di daerah-daerah seperti di Papua, Poso, dan lainnya. Termasuk juga, kasus-kasus konvensional seperti narkotika, cyber crime, dan human trafficking.
Dalam rapim tersebut, selain jenderal Polri, ikut hadir juga mantan Kapolri, Panglima TNI, para menteri, ketua KPK, kepala BIN, dan pimpinan lembaga negara lain.@khoirul