JURNAL3 | SURABAYA – Peristiwa penyerangan tehadap anggota polisi di Tuban menyebabkan enam orang tewas, setelah terjadi baku tembak di kawasan hutan kecamatan Jenu.
Dengan adanya kejadian ini, Polda Jawa Tengah juga memperketat pergerakan jaringan teroris di wilayah Jateng. Seluruh instansi kepolisian di tingkat kota atau kabupaten diminta melakukan operasi atau razia di jalanan.
Setelah tiga hari berturut-turut tim densus 88 menangkap terduga teroris, membuat Gubernur Jawa Timur Soekarwo sedikit resah. Diakuinya, teroris di Jawa Timur seperti susah untuk diantisipasi.
“Kalau antisipasi itu susah. Karena jaringannya tidak di lokal. Tapi sudah jaringan internasional.” kata Soekarwo, Selasa (11/04/2017).
Menurutnya, teroris atau kelompok radikal adalah masalah security dan intelijen yang tidak bisa dibuka ke publik. Tetapi, Soekarwo mengapresiasi polri dan TNI yang begitu cepat melakukan tindakan, termasuk mengantisipasi gerakan-gerakan radikal.
“Tapi beberapa beberapa kelompok radikal itu memang ada di Jawa Timur. Pertemuan rapat koordinasi pihak kepolisian terkait beberapa aksi radikal waktu lalu, itu membuktikan bahwa kelompok radikal memang ada.”
Lanjut gubernur yang akrab dipanggil Pakde Karwo, selama ini konflik dari kelompok radikal adalah pertarungan sesama agama itu sendiri, bukan antar agama.
Seperti diketahui, densus 88 anti teror menangkap tiga terduga teroris di Lamongan pada 7 April. Kemudian di Tuban, pada hari Sabtu, 8 April, tim sensus dibantu anggota TNI bahu membahu mengejar komplotan terduga teroris hingga terjadi baku tembak.
Keenam terduga teroris tersebut tewas setelah kontak senjata kontak senjata dengan Densus 88 di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4) kemarin.
Sebelum melarikan diri ke perkebunan itu kelompok tersebut menyerang polisi lalu lintas dengan tembakan pistol rakitan dari dalam mobil.@kurniawan