Jurnal3.net/ JAKARTA – Sosok pemiliki hati, ramah, dan rendah hati yang sangat peduli pada sesama itu adalah Rosa Antonio Kusmardijah, istri Pollycarpus Swantoro, salah seorang pendiri Kompas Gramedia. Sosok keibuan ini telah tutup usia pada Jumat, 19 November 2021 di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, pada usia 86 tahun. Ia pun lahir di Yogyakarta 3 Februari 1935.
Swantoro yang pernah menjadi Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas dan Wakil Presiden Direktur Kompas Gramedia telah mendahului dipanggil Tuhan pada 11 Agustus 2019.
Swantoro juga sahabat dekat pendiri Harian Kompas, Jakob Oetama dan PK Ojong
Pada pagi hari pukul 04.38, Rosa Antonio Kusmardijah Swantoro meninggal dengan tenang.
“Ibu tidak punya penyakit apa-apa, meninggal karena tua,” terang Norbertus Nuranto, putra pertamanya yang dihubungi per telepon oleh Ketua PWI Peduli Pusat Mohammad Nasir, Jumat siang.
Jenazah disemayamkan di rumah duka Sentosa Ruang VVIP G lantai dasar, Jalan Abdul Rahman Saleh No. 24 (RSPAD), Jakarta Pusat. Menurut rencana jenazah dimakamkan di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Sabtu, 20 November 2021.
Ketua Umum PWI Pusat, Atal S. Depari dan Sekjen PWI, Mirza Zulhadi turut berduka cita meninggalnya Rosa Antonia Kusmardijah yang selama ini ikut menghidupkan organisasi Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI).
Ibu Swantoro, demikian panggilan akrabnya, semasa hidupnya, aktif sebagai pengurus IKWI Pusat. Ketika kepengurusan IKWI dipimpin oleh Ibu Harmoko, Ibu Swantoro sudah aktif dalam kepengurusan IKWI. Harmoko saat itu menjadi Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat tahun 1973-1983.
Kemudian Ibu Swantoro juga tetap turut mengurus IKWI ketika PWI Pusat diketuai Zulharmans (1983-1988), Sofyan Lubis, Sugeng Widjaja, Tarman Azam, Margiono (2008-2018), hingga Atal S. Depari (2018- 2023).
Di masa PWI diketuai Atal S. Depari, ibu Swantoro sudah sepuh. Namanya masih dicantum sebagai penasihat kehormatan IKWI dengan harapan bisa memberi semangat dan inspirasi bagi yang muda-muda.
“Kami turut kehilangan atas berpulangnya beliau. Ibu Swantoro semasa hidupnya banyak mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk IKWI,” beber Ketua Umum IKWI Pusat Indah Kirana.
Ketika mendengar kabar duka cita Ibu Swantoro meninggal, grup WhatsApp yang menjadi media komunikasi antar pengurus PWI, IKWI, PWI Peduli, dan keluarga wartawan bersahut-sahutan menyampaikan rasa duka dan doa atas berpulangnya Ibu Swantoro yang punya kepedulian dan perhatian kepada anggota dan staf-staf sekretariat PWI Pusat.
“Ibu Swantoro orangnya baik, ramah terhadap siapa saja. Saya beberapa kali ke rumahnya di Kompleks Griya Wartawan, Cipinang Muara, Jakarta Timur,” jelas Taty Fatimah, staf senior Kantor PWI Pusat, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Kalangan wartawan senior, antara lain Karim Paputungan, Rita Sri Hastuti, Ilham Bintang (Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat), Suprapto, Slamet Mulyadi, Ketty Syaukoli, dan Umi menyampaikan doa dan ucapan rasa bela sungkawa atas kepergian Ibu Swantoro.
Putranya, Nuranto terakhir mendengar ucapan ibunya bahwa, ia akan meninggal. Ia tidak menyangka karena ibunya sering bercanda, “Nur saya mau meninggal,” katanya.
Ibunya juga tidak meninggalkan pesan apa-apa. “Dia sangat sederhana, jadi orang ya biasa saja,” papar Nuranto yang teringat pesan ibunya yang sering disampaikan pada anak-anaknya, Paulus Prananto, Henricus Herianto, Emmanuel Ernawan, dan Nuranto sendiri. Pesannya sepereti ini, “Harus selalu tekun berusaha dan sabar. Nanti akan bisa”.
Kini ibu Swantoro yang sabar dan humoris itu telah pergi untuk selamanya. Selamat jalan Ibu Swantoro. Kiranya Tuhan memberikan keabadian abadi di surga bersama suami tercinta P. Swantoro. (ari/dayat)