Jurnal3.net / SURABAYA – Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur Indikator Kerja Utama (IKU) Pemprov Jawa Timur pada sidang paripurna hari Selasa (30/11), kemarin.
Juru bicara Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur Yordan M. Batara-Goa melalui pandangan umum fraksi mengatakan, ada beberapa indikator yang dikritisi.
Pertama, Fraksi PDI Perjuangan menyoroti capaian pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pada triwulan III tahun 2021 dibanding periode sama tahun sebelumnya (yoy) tercatat 3,23 persen.
Angka itu lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi triwulan II 2021 (yoy) yang membukukan 7,05 persen.
Pihaknya juga menemukan dalam dokumen rancangan KUA TA 2022 pada halaman 24 terkait prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022. Disebutkan, ada tiga wilayah yang pertumbuhan ekonominya terbilang rendah, yakni Probolinggo 3,8 persen, Bangkalan 3,9 persen, dan Lumajang 4,2 persen.
“Mohon penjelasan saudari gubernur tetang bagaimana langkah strategi untuk memperbaiki keadaan ini,” jelasnya, dalam keterangan tertulis terima media jurnal3.net. Rabu (1/12).
Selain itu, Fraksi PDI Perjuangan juga menyoroti tentang jumlah penduduk miskin. Ia menyebutkan, data kemiskinan pada Bulan Maret 2021 mencapai 11,40 persen.
“Bagaimana strategi APBD 2021 untuk mencegah naiknya angka kemiskinan di masa bayang-bayang pandemi Covid-19 yang terus berlanjut?” katanya.
Fraksi PDI Perjuangan juga mempertanyakan strategi APBD Jawa Timur pada peningkatan gini ratio dari Maret 2020 sampai maret 2021 ada sisi ketimpangan kelas sosial yang menjadi 11,40 persen atau 4.572,73 ribu jiwa.
Masalah pengangguran terbuka (TPT) tak luput dari perhatian Fraksi PDI Perjuangan.
Menurutnya, sepanjang Agustus 2020 hingga Agustus 2021 TPT di Jawa Timur sangat dinamis dan tidak menunjukkan konsistensi perbaikan yang kontruktif.
“Pada Agustus 2021 TPT mencapai 5,74 persen. Apa saja langkah strategis dalam APBD 2022 ini agar TPT tidak semakin membesar? Mohon penjelasan,” tegasnya.
Fraksi PDI Perjuangan juga menyoroti poin lainnya seperti, indeks theil terkait ketimpangan pembangunan antarwilayah. Sebenarnya sudah membaik, namun sayang belum diikuti peningkatan pertumbuhan ekonomi karena dampak pandemi Covid-19.
Kemudian indeks gini ratio pada Maret 2020 kembali meningkat menjadi 11,09 persen atau 4.419,10 ribu jiwa.
Terakhir yakni kualitas lingkungan hidup yang masih naik turun dari tahun 2014 hingga 2020. Namun, belum perah sekalipun menyalip capaian 2014 yang sebesar 69,96. Pada tahun lalu, kualitas lingkungan hidup mencapai 67,7. (dayat)