Jurnal3.net/Surabaya – Meski pemilihan calon presiden masih 3 tahun lagi, nama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mulai mencuat sebagai cawapres. Fenomena ini cukup menarik bagi pakar politik papan atas, Mochtar W Oetomo.
Pakar Politik Mochtar W mengatakan, hampir semua calon presiden (capres) 2024 potensial datang ke Jatim dan bertemu dengan Khofifah. Sebut saja Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan beberapa nama besar lain.
“Setidaknya ada dua alasan fundamental di samping tentu itu bagian dari gimmick politik, silaturahmi politik,” kata Mochtar dalam keterangan tertulis jurnal3.net, Jumat (4/2/2022).
Dua alasan tersebut antara lain karena Jatim merupakan barometer politik nasional dalam berbagai kontestasi Pilpres maupun pemilihan legislatif atau Pileg.
“Jatim sering menjadi penentu dengan jumlah penduduk terbesar bagi Indonesia setelah Jabar (Jawa Barat),” kata dia.
Lanjut, kata Mochtar, heterogenitas pilihan politik di Jatim selalu mirip dengan keberagaman pilihan di tingkat nasional sehingga Jatim selalu menjadi rujukan.
“Dan itu terbukti, siapapun yang mau menjadi Capres itu harus menang di Jatim dan harus mampu mengambil hati masyarakat Jatim,” tuturnya.
Tak hanya itu saja. Mochtar menerangkan, secara geopolitik Jatim adalah penentu ladang kampanye politik bagi siapa saja. Apalagi bagi para capres dan ketua partai politik.
Mochtar juga melihat faktor ketokohan Khofifah di Jatim yang juga masuk dalam berbagai survei bursa capres-cawapres 2024.
“Meskipun dalam berbagai survei angka perolehan Khofifah baik sebagai Capres maupun Cawapres belum signifikan, tapi bagaimanapun Khofifah ini adalah kandidat yang seksi,” tutur Dosen Fakultas Ilmu Sosial Budaya Universitas Trunojoyo Madura tersebut.
‘Keseksian’ Khofifah antara lain karena posisi dia sebagai orang nomor satu di Jatim dan memimpin penduduk terbesar kedua di Indonesia. Selanjutnya, Khofifah juga merupakan representasi Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam kontestasi politik nasional apalagi Pilpres, NU adalah kekuatan penting yang tidak mungkin ditinggalkan. Ketiga, Khofifah adalah Ketua Muslimat NU yang terkenal dengan militansinya.
“Semua orang tahu bagaimana militansi Muslimat ketika mendukung Khofifah dalam berbagai kontestasi politik,” ujarnya.
Keempat, imbuh Mochtar, Khofifah adalah representasi perempuan. Boleh dibilang, elektabilitas kandidat perempuan dalam bursa Capres-Cawapres masih relatif tertinggal.
“Sedikit perempuan masuk dalam bursa Capres-Cawapres. Sejauh ini kan yang masuk berbagai survei hanya Khofifah dan Puan,” katanya.
Lebih lanjut Mochtar mengatakan, realitas politik ini tentu menarik bagi Capres-Cawapres siapapun untuk mengunjungi Jatim.
“Satu, tentu saja berusaha merebut hati masyarakat Jatim dan kedua Khofifah sebagai faktor penentu. Jadi kesimpulannya Jatim dan Khofifah ini seksi dalam kontestasi Capres-Cawapres ke depan,”pungkasnya. (dayat)