Jurnal3.net/Ponorogo – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa optimistis kesenian Reog Ponorogo lolos diakui sebagai budaya dunia tak benda oleh UNESCO.
Pasalnya, saat ini reog sudah masuk nominasi tunggal untuk diusulkan masuk sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) atau Intangible Cultural Heritage (ICH) yang didaftarkan ke UNESCO 2023.
Berdasarkan lokakarya pengusulan ICH UNESCO pada 15-16 Februari 2022 di Jakarta, Reog Ponorogo masuk dalam daftar untuk diusulkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Reog Ponorogo masuk dalam kategori nominasi tunggal bersama tempe dan budaya sehat jamu.
“Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengusulkan reog Ponorogo sebagai nominasi tunggal ke UNESCO masuk warisan budaya tak benda. Untuk itu kita akan support Reog Ponorogo,” kata Khofifah saat menghadiri Kenduri Seni Reog Ponorogo di Kota Ponorogo, Sabtu (26/2/2022) kemarin malam.
Gubernur Jawa Timur menyebut reog menjadi nominasi tunggal dan layak mendapat predikat warisan budaya tak benda karena kesenian itu hanya di Ponorogo.
Kendati reog dimainkan di berbagai penjuru daerah maka tetap disebut asalnya dari Ponorogo.
Gubernur Khofifah mengajak seluruh masyarakat Jawa Timur terutama para pengiat medsos untuk memberikan dukungan pada reog Ponorogo agar lolos sebagai warisan budaya tak benda.
Dengan cara mempromosikan dan memviralkab melalui media sosial dan kanal youtube masing-masing.
“Saya yakin banyak masyarakat Jatim terutama kaum muda Millenial ini sering bermedia sosial. Bahkan banyak yang menjadi YouTuber. Nah mulai saat ini kita bisa mempromosikan kebudayaan dan kesenian kita. Salah satunya reog Ponorogo ini dengan mengunggah di media sosial agar semakin dikenal luas di dunia,”imbuh Khofifah dalam keterangan tertulis, Minggu (27/2/2022).
Lanjut, Kata Khofifah, masuknya Reog Ponorogo sebagai nominasi tunggal ini mengingatkan kembali akan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.
Serta pentingnya menjaga keberlanjutan dan eksistensi budaya dalam hal ini Reog Ponorogo.
“Tidak hanya menjaga eksistensinya, tapi juga membentuk regenerasi dan ekosistem seni Reog Ponorogo yang tangguh. Yakni dengan memanfaatkan sekolah, sanggar atau bahkan membangun jaringan dengan komunitas Reog yang ada di wilayah lain,” tukasnya. (syaiful).