Jurnal3.net/Surabaya – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jatim ikut ambil bagian dalam hal pemberdayaan desa serta ketahanan pangan. Menurutnya, pengembangan potensi yang ada di pedesaan butuh pemikiran dan ide- ide inovatif dan kreatif.
“Kita perlu kontribusi pemikiran intelektual dalam upaya mewujudkan desa berdaya, maju dan mandiri. Sekaligus juga dalam hal ketahanan pangan,” ungkap Khofifah saat pelantikan dan Pengukuhan Pengurus ICMI Orwil Jatim Masa Bhakti 2021-2026 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Sabtu (5/3/2022) kemarin lalu.
Khofifah mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 Jatim menjadi provinsi yang berkontribusi tertinggi dalam penurunan kemiskinan. Dengan total kontribusi Jatim yakni 30% atau setara dengan 313.000 dari kemiskinan nasional.
“Ini menjadikan dalam 10 tahun terakhir penurunan kemiskinan perdesaan di Jatim mencatat angka penurunan tertinggi yakni sebesar 1,37%,” paparnya.
Lebih lanjut Khofifah mengatakan bahwa ditahun 2019, Jatim memiliki 344 desa yang masuk kategori tertinggal. Untuk itu, pihaknya melakukan upaya strategis dengan menghadirkan total 128 narsum dari berbagai perguruan tinggi untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD) marathon. Tujuannya, untuk memberikan referensi dan sumbangsih pemikiran dalam rangka pengentasan kemiskinan di Jatim.
Menurut Khofifah, hasilnya sangat positif, dimana pada tahun 2020 terjadi penurunan drastis kategori desa tertinggal. Dari 334 desa menjadi 3 desa yang masuk kategori tertinggal.
Fantastisnya, ditahun 2021 berdasarkan Indeks Desa Membangun, Jatim dinyatakan bebas desa tertinggal oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI.
“Ini bagian penting yang bisa dijadikan referensi untuk rapat kerja ICMI Jatim nantinya. Bagaimana literasi yang dihasilkan dari pemikiran para pakar sangat diperlukan untuk kemajuan Jatim,” ujar Khofifah.
Selain itu, terang Khofifah berdasarkan data Keputusan Dirjen Pembangunan Desa dan Perdesaan Nomor 398.4.1 Tahun 2021 Jatim memiliki 7.724 desa. Dimana, 697 desa merupakan desa mandiri, 3.283 desa maju dan 3.742 desa berkembang.
“Kami memerlukan program pendampingan intensif. Untuk membawa 3.742 desa berkembang menjadi desa maju hingga mandiri nantinya,” terangnya
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menyampaikan bahwa berdasarkan data BPS 2020, Jatim menjadi produsen Gabah Kering Giling (GKG) terbesar secara nasional yakni 9,94 juta ton GKG. Prestasi tersebut berhasil dipertahankan hingga tahun 2021.
Data sementara BPS tahun 2021 mengungkapkan bahwa Jatim masih mempertahankan posisinya sebagai produsen beras tertinggi secara nasional. Total sebanyak 9,908 juta ton GKG dihasilkan.
Lebih lanjut Khofifah mengungkapkan bahwa Jatim membutuhkan pengembangan alsintan untuk mengurangi loses dan broken pada beras guna meningkatkan kuantitas maupun kualitas beras agar mencapai standart premium.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga mengajak ICMI untuk menjadi bagian dalam mewujudkan swasembada daging. Hal ini didasari oleh data BPS tahun 2021 Jatim menjadi produsen sapi perah dan sapi potong terbesar di Indonesia. Yakni masing-masing 295.100 ekor sapi perah dan 4,83 juta ekor sapi potong.
“Di Jatim ada Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) yang merupakan UPT Kementan yang ada di Malang yang memberikan percepatan budidaya hewan ternak. Kita bisa swadaya daging sapi. Karena teknologinya sederhana. Saya rasa ICMI bisa masuk dalam lini ini juga,” kata Khofifah.
Secara khusus Khofifah juga telah mengajak 9 Gubernur yang memiliki kondisi wilayah dan kultur peternak sapi untuk mengirimkan tim yang bisa belajar di BBIB. Lalu, ia juga menyebut bagaimana pentingnya upaya perlindungan konsumen dalam konsumsi daging ternak.
“Karena saat ini RPH halal ini masih sedikit jumlahnya. Di Jatim baru ada 14 RPH halal. Mari kita wujudkan bersama swasembada pangan dan upaya pengembangan desa berdaya. Saya yakin ICMI bisa memberikan segi ilmu dari para pakar yang ada didalamnya,” tukas Khofifah. (syaiful)