Jurnal3.net/Surabaya – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berbagi resep kepemimpinan kepada peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II Angkatan V di Auditorium Hasanuddin, Lembaga Administrasi Negara (LAN) Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (10/3) kemarin.
Menurut Khofifah, untuk menjadi pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan kewirausahaan, seorang pemimpin harus bisa berfikir out of the box atau extraordinary.
Seorang pemimpin harus berani melakukan lompatan-lompatan dengan analisis kebijakan yang cepat dan tepat. Seperti pesan Presiden Jokowi bahwa pemimpin harus berpikir dan bekerja extraordinary dan smart shortcut.
“Kerja seorang pemimpin harus membuka diri, membangun jejaring yang kuat dan luas, cepat dan cerdas, tapi harus tetap teliti dan detail sambil berhitung dengan segala kemungkinan-kemungkinan. Di saat ekosistem banyak terdisrupsi, inovasi dan adaptasi harus dilakukan, mitigasi resiko harus dihitung, melibatkan perguruan tinggi serta pakar serta diikuti dengan do’a. Itu rumus utamanya,” ujar Khofifah.
Khofifah menjelaskan bahwa kemampuan dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat dari seorang pemimpin juga didasarkan seberapa banyak referensi yang ia miliki. Maka sewajarnya jika seorang pemimpin memiliki banyak tokoh panutan yang mampu menjadi kiblat dalam menentukan kebijakan dan keputusan yang presisi.
“Memliki banyak tokoh referensi menjadi penting bagi seorang pemimpin, karena pemikiran dari tokoh referensinya akan mampu mempengaruhi pola pikir seorang pemimpin tersebut,” tutur Khofifah.
Lebih lanjut, kata Khofifah, selain referensi, seorang pemimpin juga harus memilki kemampuan kolaboratif dan bersinergi dengan berbagai stakeholders. Pasalnya, saat ini kolaborasi menjadi hal penting yang harus dibangun pada semua lini baik vertikal maupun horisontal.
“Saya menyebut bahwa strong collaboration serta strong partnership adalah sebuah kebutuhan, dan yang harus dibangun sekarang adalah kekuatan interdependensi yang saling memberikan penguatan,” jelas Khofifah dalam keterangan tertulis, Jumat (11/3/2022) hari ini.
Selain itu, seorang pemimpin ataupun ASN saat ini harus open minded. Ia menuturkan bahwa pemimpin yang memliki keterbukaan pikiran akan mampu mempelajari dan mengambil banyak hal positif dan masukan dari berbagai hal yang terjadi dan dihadapi.
“Jadi kalau masih close minded agak repot bergerak, Kalau kita open minded di situ kita akan membuka ruang pikiran, masukan, dan rekomendasi, kita akan bisa beradaptasi dengan situasi sesulit apapun,” terangnya.
Khofifah memaparkan hal-hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana Jawa Timur mampu menjadi daerah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi secara nasional secara prosentatif di masa Pandemi.
“Jadi banyak sekali daerah-daerah yang datang untuk studi banding, Ini pengalaman sederhana sebetulnya, tetapi bisa kita replikasi di mana saja,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga berpesan bahwa seorang pemimpin harus mampu merubah mindset dari dilayani menjadi melayani masyarakat. Mengutip dari yang disampaikan oleh Bung Karno, Khofifah mengatakan bahwa pemimpin berasal dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.
“Ini perlu kebesaran hati, keteguhan bagaimana merubah pola dilayani menjadi pola melayani masyarakat,” tegasnya.
Khofifah juga menambahkan bahwa sisi spiritual juga menjadi hal penting dalam menjalankan sebuah kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu mengelaborasi nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek dan lini kebijakan dan keputusan yang diambil.
“Ini adalah sila pertama Pancasila, bahwa negara ini bukan negara agama tetapi ada sila pertama dalam Pancasila yang tetap melibatkan aspek religiusitas dalam setiap kebijakan dan keputusan,”tukasnya. (syaiful)