JURNAL3.NET / MALANG – Berdasarkan data terakhir, korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang bertambah menjadi 130 orang.
Untuk diketahui, kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Sabtu malam lalu. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.
Ditembakkannya gas air mata tersebut dikarenakan para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial. (ant/bil/iss)
Sebelumnya, Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta mengatakan, dari jumlah orang yang meninggal dunia, dua di antaranya Anggota Polri.
“Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri,” ujarnya.
Nico menjelaskan, sebanyak 34 orang meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, sementara sisanya meninggal di sejumlah rumah sakit setempat.
Menurutnya, sekarang masih ada lebih dari 180 orang yang menjalani perawatan di rumah sakit.
Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang rusak, 10 di antaranya kendaraan Polri.
“Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar tiga ribuan penonton turun ke lapangan,” tambahnya.
Kapolda Jatim melanjutkan, pertandingan di Stadion Kanjuruhan sebetulnya berjalan lancar. Tapi, usai laga sejumlah pendukung Arema FC merasa kecewa dan beberapa di antara mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.
Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, petugas menembakkan gas air mata.
Penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan melakukan tindakan anarkistis dan membahayakan keselamatan para pemain serta ofisial.
“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen,” katanya./ *Dayat