JURNAL3.NET / JAKARTA – PPP tengah berada dalam situasi dilema politik pecahnya suara elektoral. Karena saat ini posisinya masih ada di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Namun jika ikut mengusung Anies Baswedan risiko keterpecahan pada basis elektoral relatif bisa diminimalisir.
Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), , Ahmad Khoirul Umam. Ia menilai Dia melihat PPP lebih cocok bergabung dengan koalisi NasDem, Demokrat, dan PKS, berdasarkan sejumlah hal. Utamanya, kemungkinan mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
“PPP menghadapi dilema besar. Di satu sisi, mereka sudah bersama KIB. Tapi, PPP akan lebih cocok bergabung dengan koalisi NasDem, Demokrat, dan PKS yang kabarnya akan mengusung Anies sebagai capres,” terangnya, Minggu (02/10/2022).
Menurut Umam, ketika PPP mengusung Anies dalam Pilpres 2024, risiko keterpecahan pada basis elektoral relatif bisa dimitigasi. Karena, Anies diidentikkan dengan kekuatan politik Islam.
“Dengan ikut mengusung Anies, PPP tidak akan mengalami split ticket voting dan lebih mudah melakukan konsolidasi basis pemilih loyalnya, mengingat Anies cukup identik dengan representasi kekuatan politik Islam,” tuturnya.
Lebih lanjut, Umam bilang ada kemungkinan PPP merapat ke PDI Perjuangan yang tengah membutuhkan legitimasi kekuatan politik Islam moderat untuk bertarung di Pilpres 2024.
Kemungkinan itu juga didukung sejumlah hal, yaitu kondisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
“Di sisi lain, PKB sudah punya orientasi koalisi sendiri dan PAN rasanya kurang memiliki chemistry yang kuat dengan PDIP. Selain itu, PPP juga harus membayar hutang budi pada PDIP yang dinilai sejumlah kalangan memiliki jasa dalam menyelamatkan partainya dari proses degradasi parliamentary threshold di Pemilu 2019,” pungkasnya./ *Riris Hikari