JURNAL3.NET / SURABAYA – Gunung Semeru dinyatakan masih dalam status siaga atau level III. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara menyeluruh, baik visual, instrumental, dan potensi bahayanya.
Karena status siaga ini, PVMBG pun mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak atau pusat erupsi.
Kepala Badan Geologi PVMBG, Hendra Gunawan, melalui surat terkait evaluasi tingkat aktivitas Gunungapi Semeru, mengatakan, di luar jarak 13 kilometer itu masyarakat pun diimbau agar tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
“Supaya masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” jelasnya.
Selain itu, Hendra pun mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi Awan Panas Guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang dahulu di puncak Gunungapi Semeru.
“Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan,” imbaunya.
Dalam suratnya, Hendra memaparkan hasil pengamatannya secara visual. Bahwa gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut, asap kawah tidak teramati.
Dijelaskannya, cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, dan barat dengan suhu udara sekitar 20-27°C.
“Asap letusan teramati satu kali berwarna putih kelabu tinggi 500 meter. Secara visual, letusan dan guguran lava yang terjadi jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut,” terangnya.
Sedangkan untuk pengamatan secara instrumental, Hendra menjelaskan bahwa jumlah dan jenis gempa yang terekam masih didominasi oleh jenis gempa permukaan seperti Gempa Letusan, dan Gempa Hembusan.
“Selama periode 27 Februari hingga 6 Maret 2023 terjadi 583 kali Gempa Letusan atau Erupsi, 18 kali Gempa Guguran, 30 kali Gempa Tektonik Jauh, dan 1 kali Getaran banjir,” sebutnya.
Lebih lanjut dijelaskan Hendra, data pemantauan Tiltmeter periode 1 Januari 2022 hingga 5 Maret 2023 pada stasiun tiltmeter Argosuko secara berfluktuatif terus menunjukkan pola inflasi di akhir periode pemantauan./*Red