Belajar dari Gaza: Refleksi Ramadhan dan Idul Fitri yang Bermakna


Oleh: Mirza Muttaqien

DI SAAT kita bersiap menyambut Idul Fitri dengan sukacita, ada saudara-saudara kita di Gaza yang masih berjuang bertahan hidup di antara reruntuhan.

Kisah mereka mengajarkan kita bahwa hakikat Ramadhan dan Idul Fitri jauh lebih dalam dari sekadar ritual tahunan – inilah momen untuk merenungkan makna sejati kemanusiaan, solidaritas, dan keadilan.

Bagi warga Gaza, puasa Ramadhan mereka bukan hanya menahan lapar dan haus dari subuh hingga maghrib, tetapi sebuah perjuangan sehari-hari untuk bertahan hidup di bawah ancaman bom dan blokade.

Mereka melaksanakan shalat tarawih di antara puing-puing bangunan, berbuka puasa dengan jatah makanan yang serba terbatas, dan terus berdoa untuk perdamaian yang tak kunjung tiba. Nelson Mandela pernah mengingatkan kita, “Kemerdekaan tidak hanya melepaskan belenggu diri sendiri, tetapi juga menghormati kebebasan orang lain.”

Renungan ini menyadarkan kita bahwa esensi puasa sejati adalah ikut merasakan penderitaan sesama dan tergerak untuk melakukan sesuatu.

Sementara kita bersukacita mempersiapkan baju baru dan hidangan lezat untuk Lebaran, anak-anak Gaza mungkin hanya bisa bermimpi tentang kedamaian yang paling mendasar. Malcolm X memberikan pelajaran berharga: “Jika kalian tidak berdiri untuk sesuatu, kalian akan jatuh untuk apa saja.” Kembali fitrah pada hakikatnya berarti membersihkan hati dari ketidakpedulian dan berani menjadi suara bagi mereka yang tak bersuara.

Martin Luther King Jr. pernah mengingatkan kita bahwa sejarah tidak akan mencatat kata-kata musuh, tetapi justru keheningan dari mereka yang seharusnya menjadi sahabat. Ramadhan dan Idul Fitri harus menjadi momentum untuk bertindak nyata, bukan hanya berhenti pada doa dan harapan.

Setiap donasi yang kita berikan, setiap kampanye yang kita suarakan, atau tekanan politik yang kita dorong untuk perdamaian Gaza adalah bentuk ibadah sosial yang paling nyata.

Gaza mengajarkan kita pelajaran berharga bahwa Idul Fitri bukan sekadar tradisi saling memaafkan secara personal, tetapi juga tentang memperjuangkan keadilan bagi sesama. Seperti pesan Bung Hatta yang selalu relevan, “Penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi.”

Di hari kemenangan ini, mari kita jadikan momen kembali fitrah sebagai awal perubahan – dengan bersyukur atas kedamaian yang kita nikmati, menunjukkan solidaritas nyata kepada Gaza, serta terus berdoa sekaligus bergerak menciptakan dunia yang lebih adil untuk semua.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 5 seconds