Kemiskinan Perdesaan di Jatim Berkurang Lebih Cepat

JURNAL3.NET / SURABAYA –  Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mencatat bahwa kemiskinan perdesaan berkurang lebih cepat dari kemiskinan perkotaan.

Dalam rentang waktu 2007-2022, kemiskinan perdesaan Jawa Timur berkurang 11,33 persen poin, sementara kemiskinan perkotaan berkurang 7,00 persen poin.

“Dengan demikian, penurunan kemiskinan Jawa Timur disumbang oleh penurunan kemiskinan perdesaan mengingat perdesaan merupakan tempat tinggal sebagian besar penduduk miskin,” ujar Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan dalam laporan Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022.

Melansir laman resmi BPS Jatim pada tanggal 27 Desember 2022 tercatat bahwa elastisitas pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dalam menurunkan angka kemiskinan semakin rendah.

Pada periode 2000-2009 pertumbuhan ekonomi mampu mengurangi angka kemiskinan hingga 0,44 poin per tahun, namun efektivitasnya berkurang menjadi 0,10 pada periode 2010-2019

Pada Maret tahun 2022, 4 (empat) dari 7 (tujuh) orang penduduk miskin Jawa Timur tinggal di perdesaan.

Kondisi ini tidak jauh berbeda dibanding kondisi 2007 silam ketika 5 (lima) dari 9 (sembilan) orang penduduk miskin tinggal di perdesaan.

“Menurut FAO 2021, penduduk miskin perdesaan biasanya dicirikan dengan ketergantungan yang tinggi pada usaha pertanian dan sumber daya alam yang rentan terhadap perubahan iklim dan cuaca, melakukan diversifikasi pendapatan pada usaha non-pertanian, dan terletak di daerah sulit transportasi,” katanya.

Sebagai informasi, masih menurut FAO (2021), penghitungan kemiskinan menggunakan konsumsi rumahtangga lebih cocok untuk kondisi perdesaan, khususnya di negara berkembang, dengan alasan : 1) konsumsi lebih stabil daripada pendapatan; 2) konsep pendapatan lebih sulit diaplikasikan untuk pekerja man  diri yang lebih sering dijumpai di perdesaan; 3) mengurangi volatilitas penda patan memang dimungkinkan, tapi membutuhkan usaha lebih.

“Karena angka kemiskinan BPS dihitung dari nilai konsumsi perkapita rumahtangga selama satu bulan, maka perubahan pola konsumsi dan volatilitas harga-harga akan sangat memengaruhi angka kemiskinan,” tuturnya./*Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 5 seconds