Ketua Kadin Jatim Komit Berangkatkan 1000 Pelajar ke Jerman

Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto./*ist

JURNAL3.NET / SURABAYA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur terus berupaya membukakan jaringan bagi peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Jawa Timur, termasuk dengan memberangkatkan para mahasiswa dan lulusan SMK untuk belajar dan bekerja di Jerman.

Program hasil kerjasama dengan Habibie Education Youth (HEY) ini menjadi salah satu topik bahasan yang diungkapkan oleh Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto saat membuka Rapat Pimpinan Provinsi (Rapimprov) Kadin Jatim yang digelar di Graha Kadin Jatim, Kamis (23/2/2023).

Rapimprov dihadiri seluruh jajaran pengurus bidang yang ada di Kadin Jatim, 30 bidang usaha, 36 anggota luar biasa dari asosiasi dan himpunan serta 38 Kadin kabupaten dan Kota se Jatim.

Lebih jelas Adik mengatakan, Jerman menjadi tujuan tepat dalam peningkatan SDM Jatim karena program yang ditawarkan pemerintah Jerman tidak hanya agar SDM mampu bekerja tetapi juga bisa meningkatkan kualitas mereka karena akan diberi beasiswa untuk menempuh jenjang pendidikan S1 hingga S2.

“Jerman itu sama dengan Jepang, angka kelahiran sedikit. Sementara industrinya lebih banyak dibanding tenaga kerja. Nah, disana nanti mereka akan bisa belajar di universitas yang ditunjuk Kadin Jerman dan bekerja. Tiga hari bekerja, dua hari belajar,” ujar Adik Dwi Putranto.

Jika jatah untuk memberangkatkan SDM ke Jerman seluruh Indonesia melalui Habibie Education Youth mencapai  2.000, maka Kadin Jatim menargetkan akan bisa memberangkatkan sekitar 500-1.000 pelajar.

Founder Habibie Education Youth, Nana Saragih, yang juga menjabat sebagai Koordinator Regional Sumatra Kadin Indonesia mengatakan bahwa program kuliah gratis dan bekerja di Jerman ini adalah kerjasama antara pengusaha dengan pemerintah Jerman atau Government to Business.

“Kampus, tempat tinggal dan pekerjaan, Habibie yang akan carikan semua. Yang harus dipersiapkan hanya harus belajar bahasa Jerman selama 6 bulan di Kadin Institute untuk menyelesaikan 36 bab materi dalam bahasa Jerman hingga mereka miliki sertifikat keahlian bahasa Jerman, Goethe,” kata Nana.

Persyaratan memang tidak sama dengan Tenaga Kerja Indonesia yang akan dikirim ke sana yang tidak harus memiliki sertifikat keahlian bahasa.

“Kalau TKI tidak perlu sertifikasi, tetapi kalau ingin kuliah maka pasti dibutuhkan. Misalnya, jika mau kuliah ke Amerika ya harus punya Tofl. Maka jika mau belajar ke Jerman ya harus punya Goethe,” katanya.

Dan ini harus mereka tanggung sendiri, termasuk biaya ujian Goethe, visa, pencarian tempat tinggal, kampus, penterjemah, sekolah kepribadian dengan perkiraan biaya Rp 35 juta.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, sebenarnya program ini telah mulai ia rintis sejak tahun 2017. Sebelum covid-19, dalam setiap tahunnya HEY telah berhasil memberangkatkan sekitar 817 pelajar dari total kuota 2.000 per tahun. Tetapi  pada tahun 2021 hanya mampu memberangkatkan 496 pelajar. Untuk itu, ia menggandeng Kadin Jatim. /*Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 5 seconds