JURNAL3.NET / SURABAYA – Belum selesai persoalan soal rebutan “harta karun” Rp 280 Miliar antara PT. Petrogas Jatim Utama (perseroda) dan PT Trimitra Bayani (TMB), kini BUMD yang bergerak di bidang penjualan gas itu mengalami penurunan laba secara signifikan sebesar Rp 90 miliar year on year (yoy).
Terjadinya penurunan laba di PT PJU ini diduga karena terkena Take or Pay akibat kondisi over supply gas untuk kelistrikan di daerah Jawa Timur, khususnya di PT PLN.
Akibatnya, PT PJU memiliki akumulasi MUG ( Make Up Gas) sebesar 1094 BBTU (ekuivalen Rp 90 Miliar). Kejadian ini menyebabkan stok MUG di PT PJU itu harus segera terjual di tahun 2023.
Jika tidak terjual, maka hampir bisa dipastikan PT PJU mengalami kerugian karena tidak mendapatkan pemasukan. Sebab hingga November 2023 bulan ini, belum ada volume MUG yang terjual ke pasaran.
Jika dianalogikan dalam bahasa awam, proses ini adalah jual beli barang. MUG yang dimaksud adalah inventory/stok gas/barang yang dimiliki PJU dengan cara membeli keluar uang dimuka sebesar Rp 90 miliar.
Jadi jika barang atau gas tersebut tidak dapat terjual, maka hampir bisa dipastikan cash flow PT PJU mengalami defisit alias merugi.
Direktur Utama PT PJU, Dwi Budi Sulistyana, dikonfirmasi jurnal3, Senin (13/011/2023), membantah dikatakan perusahaan yang dipimpinnya saat ini mengalami penurunan laba.
Dwi Budi mengklaim, PT PJU sudah untung Rp 11 miliar per September 2023 lalu dan akan menjadi Rp 30 miliar prognosa akhir Desember 2023 nanti.
“Saat saya masuk Agustus 2023, rugi Rp 3.5 miliar, karena serapan gas sudah maksimal di kisaran 40 MMSCFD sejak akhir Agustus 2023,” kata Dwi Budi.
Dwi Budi, menjelaskan dari data yang terlihat bar warna merah (gambar atas), mulai September 2023 mengalami kenaikan di kisaran 40 MMSCFD.
“Nanti di Desember 2023 ini MUG- nya mulai bisa diambil. Seperti saya sampaikan sebelumnya, HPP tinggi karena barangnya di- reservoar, semacam nabung. Nah, nanti di minggu ke-2, mulai diambil MUG –nya, sehingga otomatis akan menjadi revenue dan menambah profit lagi,” jelas Dwi Budi.
Sementara, data yang diperoleh jurnal3, kenaikan penjualan gas yang dialami PT PJU karena secara kebetulan, kompetitor mengalami kendala.
Untuk diketahui, pemasok PJB/PLN NP adalah Pertamina JTB (Jambaran Tiung Biru), PT PJU, dan Pertagas.
Karena kompresor milik JTB bermasalah dan sering mengalami trip, maka PLN NP membeli gas yang masih ada tersedia, yakni milik PJU. Karena itu, di bulan Oktober dan November ada kenaikan pembelian gas oleh PLN.
Namun kenaikan pembelian tersebut masih belum mampu untuk menjual akumulasi MUG sebesar Rp 90 miliar.
Jika keadaan ini berlanjut, maka di akhir Desember 2023 diprediksi laba PT PJU hanya di kisaran angka Rp 29 miliar. Nilai ini turun drastis secara year on year (yoy)./ *Rizal Hasan