JURNAL3.NET / MALANG – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono meluncurkan program Generasi Muda Agropreneurship Tembakau (GEMA) dalam acara Pertemuan Inovasi Pengembangan Tembakau, Kopi, dan Kakao Jawa Timur di Ijen Suites & Resort Convention Malang, Kamis (28/11) malam.
Dengan diluncurkannya program ini, Pj Gubernur Jatim mendorong agar Dinas Perkebunan Jatim terus berinovasi untuk pengembangan tembakau, kopi, dan kakao.
Tidak hanya itu, inovasi ini diharapkan dapat mendorong regenerasi dari petani tembakau, kopi dan juga kakao di Jawa Timur.
“Petani pasti ada umurnya sehingga kita mengembangkan dan meningkatkan motivasi dan minat dari para petani muda untuk bisa melanjutkan. Kita ingin ada regenerasi, dan ini potensinya sangat besar karena pasar dunia sudah mulai melirik langsung ke Jawa Timur. Bahkan memberikan PDRB yang cukup luar biasa untuk kita dan juga pendapatan negara untuk Indonesia,” jelasnya.
Lebih lanjut Adhy menekankan pentingnya pengembangan kopi, tembakau dan juga kakao.
Karena ketiga produk tersebut merupakan komoditi yang telah banyak dilirik di pasar global.
“Tentunya kita bersyukur bahwa kita dianugerahi tanah yang subur untuk jenis tembakau. Kita produksinya lebih dari 50 persen dari produksi nasional dan ini menjadi tumpuan. Begitu pun dengan kopi dan kakao,” kata Adhy.
“Maka dari itu, kita menginginkan proses bertanam yang tidak hanya konvensional tapi juga dengan teknologi,” imbuhnya.
Adhy menyebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya terus mengeluarkan inovasi-inovasi yang menjadi nilai tambah.
Sehingga Jawa Timur dapat menghadapi berbagai tantangan seperti perubahan iklim, kendala teknologi, serta lemahnya posisi tawar petani.
“Yang perlu kita pahami adalah inovasi itu tidak melulu sesuatu yang baru. Inovasi itu juga bisa berarti replikasi dan melanjutkan sesuatu yang sudah ada,” jelasnya.
Untuk itu, pemerintah telah menginisiasi program pelatihan berbasis inovasi seperti Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP), serta memberikan dukungan berupa bibit bersertifikat.
Lebih jauh, dirinya berharap akan ada kestabilan harga yang saat ini sangat tergantung dari musim panen petani. Di mana, panen yang bersamaan akan menimbulkan over supply yang menurunkan nilai jual.
“Maka ini sedang dipikirkan bagaimana supaya ada penyimpanan-penyimpanan yang akhirnya petani juga bisa diuntungkan dengan tidak mengganggu dari proses produksinya. Harus ada skema pembiayaan yang menguntungkan petani, itu yang paling penting,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Adhy turut menyerahkan berbagai macam penghargaan untuk kelompok tani dari segenap penjuru Jawa Timur. Di antaranya penghargaan Kelompok Tani Kopi Berprestasi serta Kelompok Tani Kakao Berprestasi.
Tak hanya itu, diserahkan pula penghargaan perkebunan untuk berbagai kategori. Yakni kategori Verifikasi Usaha Tani Tembakau Dengan Bawang Merah, Inovasi Pengembangan Varietas Tembakau, juga Agropreneur Muda Tembakau.
Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur Ir Dydik Rudy Prasetya MMA mengatakan pada tahun 2023, Jawa Timur memantapkan diri sebagai provinsi penghasil tembakau terbesar di Indonesia, dengan luas areal 114.000 hektare dan produktivitas mencapai 1.371 kg/hektare, atau sekitar 45,65 persen dari total produksi nasional.
Capaian ini meningkat pada data sementara tahun 2024 yaitu sebesar lebih dari 150.000 ha dengan produktivitas kurang lebih 1.500 kg/hektare.
“Jawa Timur masih menjadi andalan dalam produksi tembakau nasional,” katanya.
Menurutnya juga, produksi tembakau di Jatim tahun 2023 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022.Pada tahun 2022 produksinya mencapai 97.936 ton,
“Jatim merupakan provinsi dengan area perkebunan tembakau terluas di Indonesia. Permintaan bahan baku tembakau oleh pabrik rokok dan iklim yang mendukung merupakan faktor utama kenaikan luas areal tembakau,” katanya.
Rudy mengatakan tembakau memegang posisi istimewa dengan kontribusi lebih dari 50 persen terhadap produksi nasional.
Provinsi ini juga merupakan penghasil tembakau unggulan yang tidak hanya menyuplai kebutuhan domestik tetapi juga berkontribusi besar pada devisa negara melalui ekspor.
“Namun, dibalik kesuksesan ini, terdapat berbagai tantangan yang mengancam keberlanjutan sektor tembakau di Jawa Timur. Salah satunya adalah minimnya regenerasi petani tembakau, di mana mayoritas petani berusia di atas 45 tahun, sementara hanya 8 persen petani yang berusia di bawah 35 tahun,” katanya.
Untuk menjawab tantangan ini, lanjut Rudy, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur meluncurkan program Pelatihan Penumbuhan Agropreneur Muda Tembakau, yang bertujuan mencetak generasi petani baru yang berdaya saing dan inovatif.
“Dalam beberapa tahun terakhir, industri rokok, yang menjadi konsumen utama tembakau, berkembang pesat di Jawa Timur. Perkembangan ini secara langsung meningkatkan permintaan terhadap bahan baku tembakau berkualitas tinggi. Namun, di tingkat petani, berbagai kendala masih membayangi. Rendahnya adopsi teknologi modern, keterbatasan modal, dan minimnya akses terhadap kemitraan dengan industri adalah beberapa hambatan utama yang dihadapi. Sebagian besar petani tembakau di Jawa Timur belum menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) atau Good Handling Practices (GHP), yang berdampak pada kualitas hasil panen yang tidak optimal. Selain itu, lemahnya kelembagaan kelompok tani menyebabkan posisi tawar petani menjadi rendah, sehingga mereka sulit mendapatkan harga yang adil untuk hasil panennya. Ditambah lagi, perubahan iklim yang tidak menentu turut memengaruhi hasil produksi tembakau,” terangnya.
Namun, di tengah tantangan tersebut, menurut Rudy, ada peluang besar untuk melibatkan generasi muda sebagai solusi keberlanjutan sektor ini.
Generasi muda memiliki potensi besar dalam membawa inovasi, memanfaatkan teknologi, dan menciptakan model bisnis yang lebih modern di sektor agribisnis tembakau. Pelatihan Penumbuhan Agropreneur Muda Tembakau yang diinisiasi oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur bertujuan untuk membangun regenerasi petani tembakau sekaligus mendorong pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas unggulan.
“Program ini dirancang untuk mencetak generasi baru petani dan pengusaha pertanian yang tidak hanya memahami teknik budidaya tembakau, tetapi juga mampu mengelola bisnis agribisnis secara profesional, berinovasi dalam pengembangan produk, dan memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran,” katanya.
Rudy mengatakan tujuan program ini adalah pertama, regenerasi petani tembakau. Kedua, peningkatan kapasitas dan daya saing. Ketiga, pengembangan inovasi produk. Keempat, penguatan ekosistem agribisnis./*Adv