Jurnal3.net/Madiun – Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengusulkan sebanyak 20 desa devisa kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) agar menjadi desa devisa tahun ini.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan saat ini program desa devisa di Jatim tahun ini hanya mendapatkan kouta banyak 15 desa. Namun menurutnya, di Jatim terdapat 20 desa yang sangat potensi menjadi desa devisa.
“Sekarang kita mendapatkan kouta 15 desa devisa, tapi yang telah siap ada 20 desa. Kita akan mengajukan semua,” kata Khofifah dalam rilis, Kamis (17/2/2022).
Khofifah menjelaskan Desa devisa ini digagas oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai program pendampingan berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas (coomunity development).
Dalam program ini, desa yang memiliki produk unggulan dengan orientasi ekspor berkesempatan mengembangkan potensinya. Akses terhadap pasar yang lebih luas dan pendampingan pengolahan produk ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat.
“Kriteria desa devisa itu harus memiliki produk hasil ciptaan sendiri, punya keunikan, punya pasar ekspor, dan dilakukan oleh banyak orang di satu desa dengan disertai kelembagaan kelompok yang mendukung,”jelas Khofifah.
Kata Khofifah, adapun saat ini desa devisa yang diusulkan menjadi desa devisa dari Madiun yaitu Desa Candimulyo dengan produk batik dan Desa Kare dengan produk kopi.
“Pada Oktober tahun 2021 baru 3 desa yang sudah disetuju oleh LPEI dan sudan mendapatkan penguatan sebagai desa devisa. Ketiga desa tersebut diantaranya adalah Gresik, Sidoarjo, dan Banyuwangi,”imbuh Khofifah. (syaiful)