JURNAL3.NET /KOTA BLITAR – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyaksikan kegiatan Festival Batik Blitar Keren Tahun 2022. Emil mengatakan batik bisa menjadi sektor ekonomi yang menyejahterahkan masyrakat.
Event ini digelar oleh Pemkot Blitar dalam rangka memperingati HUT ke-166 Bumi Bung Karno. Bertempat di pelataran Monumen Perjuangan Pembela Tanah Air (PETA), sekaligus sebagai media sosialisasi proses pembangunan Museum PETA di lokasi tersebut.
“Pasalnya, batik merupakan warisan budaya milik Indonesia yang estetis dan eksotik dengan proses pengerjaan relatif rumit. Sehingga nilai yang dikandungnya haruslah dihargai sesuai demi kesejahteraan para pengrajinnya,” Ujar Emil Dardak dalam sambutannya, Minggu (20/3/2022) kemarin.
Emil menyampaikan, salah satu keindahan seni batik tersembunyi dalam para pengrajinnya yang kebanyakan merupakan ibu rumah tangga. Ia menyebut, mereka terbiasa menyisipkan pengerjaan batik dalam tugas rumah tangga sehari-hari.
Untuk itu, dibutuhkan langkah-langkah strategis yang dapat menjamin kesejahteraan mereka. Mengingat, usaha yang dicurahkan dalam pengerjaan batik tidaklah sedikit.
“Ibu-ibu pengrajin ini biasanya mengerjakan batik di rumah, sambil mengurus anak dan suami. Selain itu, kita semua tahu bagaimana rumit proses pembatikan. Terutama, di jenis tertentu seperti batik tulis,” kata Emil dalam rilis terima media jurnal3, Senin (21/3/2022) hari ini.
“Untuk batik-batik dengan teknik pengerjaan tinggi seperti ini, maka kemudian kita harus dapat harga yang premium sehingga nilainya setara dengan usaha yang dikeluarkan. Dengan begitu, kita bisa menjadikan batik sebagai sektor ekonomi yang mensejahterakan,” katanya.
Emil menjelaskan, dengan adanya festival batik semacam ini, kepremiuman nilai batik bisa dikembangkan. Terlebih, karena Blitar sebagai tuan rumah adalah kota yang kaya secara kepribadian.
“Kami ingin agar sektor batik ini mensejahterakan, dan Festival Batik Blitar Keren 2022 ini memupuk hal itu. Dari sini kita bisa melihat bagaimana Blitar adalah kota besar yang berkepribadian secara kebudayaan. Di mana batik ini bisa menjadi besar seperti yang kita harapkan,” jelasnya.
Selain itu, Emil menerangkan bahwa langkah lain yang perlu dilakukan adalah pengklasifikasian batik. Dengan begitu, semua macam batik dapat sampai ke market yang sesuai dan masyarakat dapat mengakses dengan mudah.
“Batik ini bisa dibagi berdasarkan motif dan juga pengerjaan. Jadi pastikan mana yang bisa masuk ke sektor premium, mana yang ke market lain. Harus dikurasi dan didukung oleh pihak-pihak terkait,” tuturnya.
Di sisi lain, mantan Bupati Trenggalek itu juga mengungkapkan bahwa diperlukan perubahan pola pikir agar batik menjadi besar. Hal tersebut bisa dilakukan melalui modifikasi dan pengenalan di media sosial.
“Ada anggapan kalau batik itu seragam bapak-bapak. Tapi kita harus ubah pila pikir, ambil perspektif orang luar yang jarang melihat batik. Bagaimana kalau mereka melihat batik diperagakan di catwalk dunia, mereka akan takjub,” tukas Suami Arumi Bachsin.
“Maka, kita bisa mulai dengan modifikasi. Kita berkreasi di atas tradisi. Mungkin ada yang gak senang karena pakem berubah, tapi mari kita terbuka untuk menerima adakalanya kita ingin melihat karya murni apa adanya, ada saatnya kita berkreasi,”tukas dia. *Syaiful Hidayat