Oleh : Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan
Pernahkah kita bayangkan apa yang akan terjadi jika Negara kita dikuasai ISIS dan Anteknya seperti : Hizbur Tahrir, Ihwanul Muslimin, Jamaah Islamiah dan lain-lainnya, yang selalu bermimpi ingin mendirikan ‘Negara Khilafah’ dengan strategi berjubah menjual semangat Islam untuk mendirikan Negara berkedok Agama. Nah kalau di Indonesia lebih populer dengan NII (Negara Islam Indonesia).
Kita belajar dari pengalaman pahit yang terjadi suatu negara, Sebagaimana yang pernah terjadi di Suriah dan Afganistan, yang telah menghancurkan negara yang dulunya aman dan tentram dengan masyarakat yang sejahtera, justru sebaliknya sekarang negara tersebut menghancurkan segala harapan dan masa depan rakyatnya, di mana-mana terjadi kekacauan, aksi bunuh diri kerapkali terjadi, bahkan wanita dan anak-anak yang tidak tahu masalahnya ikut jadi korban dalam konflik antar pemerintah dengan organisasi jejaring Isis atau lainnya.
Menyadari bahaya organisasi ini yang berpaham radikal dengan membungkus ajaran berkedok Agama Islam mulai masuk ke negara kita.
Berbagai elemen masyarakat di Indonesia mulai bergerak dan mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi di daerah kita.
Salah satu organisasi kemasyarakatan di Provinsi Jawa Barat, yakni Komunitas ALMAGARI (Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleran) sebagai bentuk keaktifan masyarakat Garut dalam upaya mencegah paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
Komunitas ALMAGARI ini, sangat ramai massa lantaran berbagai aksi banyaknya masyarakat Garut Jabar yang tergabung, hal ini karena mereka menyadari akan bahaya NII jika sampai tumbuh di tanah Sunda.
Bukan tidak mungkin akan terjadi jika kita tidak peduli dan mengantisipasinya, akan terjadi suasana yang kondusif menjadi tidak kondusif atau kekacauan.
Inilah yang akan terjadi bila Garut jadi Negara NII.
Di Suriah seperti yang kita lihat di pemberitaan media-media bahwa pasukan ISIS menghancurkan patung-patung, relief dan benda bersejarah lainya, yang dianggap bertentangan dengan paham mereka yang berkedok agama Islam.
Maka tidak akan jauh berbeda bila mereka menguasai negara Indonesia pun akan berbuat hal yang sama.
Otomatis seperti Candi Borobudur, sebagai candi terbesar di dunia merupakan salah satu tujuh keajaiban dunia, Candi Mendut, Candi Prambanan, dan lain-lainnya, akan mereka dibumi hanguskan rata dengan tanah karena dianggap sebagai Berhala.
Tak hanya candi saja, museum-museum akan mereka hancurkan, karena dianggap sebagai tempat menyimpan benda yang mengarah pada kemusyrikan.
Tahlil, Maulidan, Rajaban sholawatan, Syukuran dan tradisi-tradisi hajatan lainnya, pasti akan dilarang karena dianggap sebagai Bid’ah yang tidak sesuai dengan Sunah Rosul.
Demikian juga tempat Ziarah Para Wali, para Syech dan para Aulia lainya pasti akan dibongkar juga dijadikan kebun karena ziarah kubur dianggap sebagai perbuatan syirik.
Begitu juga nasib para pemimpin Nasionalis yang saat ini dianggap mereka termasuk golongan anti radikal dan intoleran, akan dicap sebagai kafir dan anti Islam yang langsung mereka eksekusi mati. Dan minimal yang teringan tempatnya adalah penjara.
Bahkan tidak lupa, hartanyapun pun akan disita sebagai Ghanimah.
Tempat-tempat ibadah agama non muslim seperti Pura, Kelenteng, Gereja dan lain-lain, akan dihancurkan oleh mereka yang berpaham Islam radikal seperti ISIS.
Tidak bisa kita bayangkan nasib negara dan bangsa ini jika paham seperti ISIS sudah menguasai kita, akan dijadikan apa bangsa dan negara ini?
Tentunya sudah pasti segala aktivitas keragaman ke Bhinneka Tunggal Ika atau lainnya yang ada akan dibekukan, dan akan dialih fungsikan sebagai kantor atau gedung pertemuan.
Sistem keuangan pun yang pasti akan dirubah mengatas namakan sistem Syariah, sehingga tidak akan ada lagi Bank Umum seperti BRI, BNI, BCA, Mandiri dan bank-bank lainnya.
Papan nama kantor dan jalan pun selain huruf latin di bawahnya pasti diwajibkan memakai huruf Arab, sehingga tidak akan ada lagi yang namanya Huruf Jawa Hanacaraka, Sunda Kaganga, huruf Bali, Makassar, dan lain-lain, semua tutup buku.
Pakaian resmi kita sehari-hari akan jelas akan lebih banyak menggunakan gamis dan sorban dari pada pakaian batik, apalagi pakaian adat, tidak menutup kemungkinan pakaian daerah kita bisa diharamkan.
Kesenian pun akan berubah total, irama gambus pasti akan lebih dominan dari pada irama kecapi suling, dan gamelan, bahkan bukan tidak mungkin para penyanyi tidak akan lagi bisa manggung dan merekam lagu, karena menjual suarapun termasuk salah satu perbuatan yang diharamkan.
Kemudian juga Bali sebagai pusat Destinasi Wisata Nasional dan Internasional, NTT sebagai pusat Fauna Langka dunia, Papua sebagai Sumber Daya Alam (SDA) terbesar di Indonesia.
Kalimantan Barat, Manado, Maluku, sebagai provinsi-provinsi yang mayoritas Non Muslim, pasti akan memisahkan diri dari NKRI karena tidak mungkin lagi bergabung dengan negara yang berdasarkan agama yang berbeda aqidahnya dengan mereka.
Peristiwa yang terjadi yang saat ini yang kita ambil dari negara korban paham Islam Radikal atau ISIS merupakan bisa anggap sebagai suatu kenaifan, dan betul-betul akan jadi kenyataan, bila mereka betul-betul bisa berkuasa di negara kita.
Mungkin akan banyak peristiwa tragis yang terjadi di Indonesia, yang tidak mungkin bisa dipaparkan semua.
Barangkali apa yang saya sampaikan dalam artikel ini jelas tidak akan jauh berbeda nanti persis sebagaimana yang pernah terjadi di Suriah, Afghanistan dan di negara lain, seperti yang kita saksikan di pemberitaan media-media elektronik maupun media sosial.
Maka dengan demikian otomatis bila Indonesia dikuasai ISIS dan antek-anteknya, NKRI pasti bubar, hanya tinggal sebuah Nama, bahwa dulu pernah ada yang namanya NKRI, tapi kini hanya tinggal sebuah kenangan, sebagai sejarah di masa lalu.
Itulah sekilas gambaran bila Indonesia dikuasai golongan mereka yang ingin mewujudkan mimpi Bumi Nusantara menjadi NII.
Tanpa kita sadari mereka saat ini terus berjuang untuk merebut NKRI dengan Kedok dan Jubah Agama yang dibungkus dengan janji-janji yang indah untuk mendirikan Negara Islam Indonesia.
Namun kenyataannya sebagaimana yang terjadi di negara-negara lain yang saya uraikan di atas, pada akhirnya yang bermain itu hanya kelompok-kelompok Aponturir yang haus akan jabatan dan kekuasaan.
Kendati, sesungguhnya tidak terlepas ada kepentingan dari negara-negara adikuasa, yang ingin menguasai SDA suatu negara tertentu yang dianggap kaya, dengan memanfaatkan kelompok manusia-manusia yang ambisius yang telah dijadikan bonekanya.
Salah satu strateginya yaitu dengan memanfaatkan fanatisme agama, sebagai dogma yang paling murah dan paling efektif yang selama ini terus mereka implementasikan di berbagai negara yang mejadi target opersinya. Contoh yang terjadi di Libya, Turki, Suriah, dan Afghanistan.
Timbul pertanyaan dalam di diri kita dengan gambaran di atas tadi. Relakah jika NKRI kita dikuasai mereka ???
Sekali lagi relakah jika Negara kita dikuasai mereka ???
Mereka-mereka ini sesungguhnya merupakan kelompok-kelompok ambisius yang serakah, yang senantiasa menjual agama demi kepentingan diri dan kelompoknya, yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan Islam sebagai agama yang ‘Rahmatan lil Alamin’.
Sekali lagi gerakan mereka tidak ada kaitanya sama sekali dengan Islam sebagai agama yang Rahmatan lil Alamin.
Pembaca atau rakyat Indonesia dimanapun anda berada, maka jika kita masih mencintai NKRI, dan masih menginginkan NKRI tetap berdiri sebagai Bangsa dan Negara yang Utuh dan Berdaulat, mari kita satukan seluruh komponen kekuatan kita, baik Suku, Ras, Agama, moril maupun materil, untuk bersama-sama melawan mereka.
Mohon dukungan dan restunya, ALMAGARI saat ini salah satu sebagai organisasi atau komunitas masyarakat menjadi perjuangan bersama perjuangan rakyat Indonesia hanya saja kebetulan ada di kota Garut, Jawa Barat.
ALMAGARI untuk itu mari kita jadikan perjuangan masyarakat Garut sebagai perjuangan Nasional kita bersama, jangan biarkan warga Garut berjuang sendiri.
Sementara mereka lawan kita, bersatu ramai menghantam Garut. Ingat satu langkah kecil di Garut akan jadi langkah besar di Indonesia, mungkin memang harus dimulai dengan Garut untuk meluruskan Garut dari darurat NII kembali sebagai Garuda Utama di Indonesia.
Mari kita perangi gerakan mereka sekecil apapun, jangan beri mereka kesempatan walau hanya satu inci sekalipun, dan jangan biarkan mereka terus tumbuh dan berkembang menjadi virus-virus yang menggerogoti bangsa dan negara dari dalam, yang memang pada kenyataanya mereka sangat Anti Pancasila dan UUD 45.
Tidak dipungkiri mereka menganggap para pejabat negara sebagai Thogut (penyembah Setan). Maka dengan demikian sudah sangat layak jika mereka dikategorikan sebagai penghianat bangsa.
Jangan beri ampun. Sikat habis mereka-mereka para pengkhianat Bangsa, sudah saatnya kita pakai jurus NOBAT (Nongol langsung Babat).
Ora et labora, mari kita berjuang, mari kita bekerja sambil berdoa.
*Penulis adalah seorang Purnawirawan perwira tinggi Polri yang sebelumnya menjabat Analis Kebijakan Utama Sespimti Lemdiklat Polri dan Ketua Dewan Adat Laskar Siliwangi Indonesia (LSI).