Oleh : Jihan Intan Ekawati S.Pd
Karakter tanggung jawab adalah salah satu dari ke 18 nilai karakter yang telah dikembangkan oleh pihak kemendikbud di Indonesia (Zaman, 2019). Ada tiga tahapan sekolah menengah diantaranya sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan sekolah menengah kejuruan (Setiadi, 2016). Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih dianggap kurang peduli dan bertanggung jawab dengan pendidikan atau proses belajar mengajar di sekolah.
Berbeda dengan karakter siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mereka sudah harus melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sunggh, kinerja yang tinggi, mampu mengendalikan diri, mengatasi tekanan, serta bertanggung jawab dengan keputusan yang diambil. Tanggung jawab adalah rasa tanggap atau respon yang dimiliki seseorang terhadap rangsangan sebuah tindakan yang sudah dilakukan siswa disertai kecenderungan sepenuh hati dan etos kerja yang tinggi guna mencapai hal yang terbaik.
Lebih lanjut, tanggung jawab merupakan prinsip fundamental sebagai dasar untuk siswa berinteraksi sosial, termasuk pendidikan formal maupun pembelajaran. Apabila siswa memiliki karakter tanggung jawab dalam lingkungan pendidikan maka dalam lingkungan lain seperti lingkungan keluarga dan masyarakat juga akan dimiliki. Faktanya, rasa tanggung jawab ini harus dimiliki oleh siswa di sekolah menengah kejuruan semi militer. Adapun jurusan nautika lebih besar dibanding dengan jurusan lain karena akan menentukan kualitas hidup mereka kedepannya.
Globalisasi yang terjadi ditambah pandemi COVID-19 mengakibatkan teknologi digital memegang peran penting terutama dalam bidang pendidikan proses belajar mengajar serta pemberian informasi. Peran ini membawa perubahan pada siswa baik kepribadian maupun tingkah laku karena kebutuhan menggunakan teknologi dalam kegiatan sehari-hari.
Perkembangan Komunikasi dah Teknologi
Perkembangan komunikasi dan teknologi memberikan kemudahan serta dapat memperluas ruang gerak masyarakat. Sebagian besar aktivitas masyarakat serta siswa tidak dibatasi ruang dan waktu, kapanpun, dimanapun. Penggunaan media yang tinggi sebanding dengan perkembangan generasi saat ini sering disebut dengan generasi milineal akrab dengan teknologi (Kirana, 2019).
Perubahan cyber word dan digital mewajibkan seluruh guru bimbingan dan konseling harus memberikan perhatian khusus pada siswa mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kompetensi yang dimiliki guru bimbingan dan konseling dituntut mampu mewujudkan inovasi pemberian layanan konseling, tidak hanya saat masa pandemi namun juga sampai berakhirnya pandemi. Guru bimbingan dan konseling dihadapkan dengan tantangan melaksanakan layanan konseling baik konseling kelompok maupun konseling individu yang tidak dilakukan secara tatap muka tetapi juga secara daring melalui media online.
Teknik dan Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling di era digital
Beragam teknik dan strategi yang dilakukan agar layanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam aspek sosial, pribadi, belajar dan karir. Kondisi tersebut menjadikan layanan berbasis online mulai diterapkan oleh guru bimbingan dan konseling tetap dapat berinteraksi dengan siswa.
Komunikasi asinkronus dapat melalui pesan elektronik, aplikasi pesan atau pesan biasa yang memberikan guru bimbingan dan konseling waktu untuk memberikan jawaban atau respon dengan waktu yang fleksibel.
Sedangkan sinkronus dilakukan dengan menggunakan berbagai macam perangkat lunak, diantaranya Zoom, Skype, GoogleMeet dan aplikasi video konfrensi lainnya. Teori pembelajaran konstruktivisme sesuai dengan keadaan saat ini bahwa ilmu pengetahuan perlu dibangun melalui proses belajar tidak menjadi alasan untuk meragukan bahkan menolak pembelajaran. Pembelajaran melalui daring tidak mengurangi esensi dari pembelajaran itu sendiri dimana kegiatan transfer informasi bisa disampaikan dengan baik.
Hambatan tidak adanya jadwal masuk bukan menjadi hambatan bagi guru bimbingan dan konseling untuk tetap melaksanakan program layanan. Penggunaan blended konseling bisa menjadi alternative pemberian layanan bimbingan dan konseling, blended konseling ini hampir sama dengan istilah blanded learning yang dapat diartikan sebuah strategi belajar mengajar untuk tujuan mengkombinasikan pembelajaran berbasis kelas dengan berbasis teknologi dan informasi secara online.
Di Indonesia, masih banyak sekolah yang belum memiliki alokasi jam masuk kelas bagi guru bimbingan dan konseling sedangkan dengan adanya jam masuk kelas dapat membantu guru bimbingan dan konseling dalam memenuhi tugasnya. Jam untuk masuk kelas mempunyai makna sebagai sarana guna memperoleh wawasan Bimbingan dan Konseling atau BK serta bimbingan terkait permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
Mengkombinasikan proses konseling dengan tatap muka dan tatap maya sebagai alternatif cara yang bisa digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mengembangkan tanggung jawab disiplin siswa. Banyak pembuat kebijakan dan guru bimbingan dan konseling optimis dalam pelaksanaan blended konseling ini.
Konseling campuran yang merupakan penggabungan, pada hakihatnya tidak merubah esensi dari sebuah proses konseling itu sendiri. Konseling pada umumnya atau yang dilakukan secara konvensional, seperti konseling individu memerlukan konseli dan guru bimbingan dan konseling berada dalam satu tempat dan waktu.
Konseling individual secara tatap muka memiliki tahapan dimana pertemuan antara guru bimbingan dan konseling dan konseli harus bertemu secara langsung, diruangan yang sama dan waktu yang harus menentukan adalah guru bimbingan dan konseling. Sedangkan, pada blended counseling, guru bimbingan dan konseling dan konseli tidak harus berada dalam satu ruang yang sama, bertatap muka membahas permasalahan konseli. Blended counseling dalam pelaksanaannya jauh lebih fleksibel dibanding hanya dilaksanakanya konseling tatap muka.
Hal ini dilihat dari waktu yang jauh lebih fleksibel tidak harus pada jam sekolah, konseli yang memiliki sifat pemalu atau konseli yang takut kedapatan melakukan konseling karena dianggap aib dapat mengungkapkan secara bebas permasalahannya pada blended counseling tatap maya. Selain itu, guru bimbingan dan konseling tetap bisa menangkap ekspresi emosi dan perasaan konseli melalui ketikan teks maupun ketika melakukan video conference dimana untuk itu keterampilan guru bimbingan dan konseling dalam menerjemahkan hal ini diuji.
Pengalaman tingkat kenyamanan individu ketika melakukan konseling individu online dimana individu yang mahir dan paham tentang teknologi memiliki tingkat kenyamanan yang lebih rendah dibanding individu yang tidak telalu memahami teknologi secara keseluruhan. Hal tersebut mempengaruhi kecurigaannya kepada orang lain tentang potensi manipulasi yang ia sangka akan dilakukan kepada dirinya.
Selain itu, kenyamanan individu dalam mengatasi masalah tergantung pada kesiapan individu selain pada pemahaman teknologi yang telah dibahas. Faktor-faktor tersebut merupakan karakteristik yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan konseling campuran.
*Penulis adalah Mahasiswa PPG Universitas Ahmad Dahlan