Oleh : Halimatus Sa’diyah
Sustainable Development Goals (SDGS) atau biasanya dikenal dengan pembangunan berkelanjutan. Program ini merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGS hadir setelah adanya program Millennium Development Goals (MGDS) yang belum tercapai, sehingga tujuan utama SDGS adalah sebagai penyempurna MGDS.
Perbedaan MGDS dengan SDGS
SDGS adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGS. Masa berlakunya 2015–2030 yang disepakati oleh lebih dari 190 negara berisikan 17 goals dan 169 sasaran pembangunan. Berbeda halnya dengan MDGS yang ditujukan hanya pada negara-negara berkembang, SDGS memiliki sasaran yang lebih universal.
MDGS : (2000-2015)
1) Target dan sasarannya hanya separuh yaitu untuk memberantas kemiskinan.
2) Dari Negara Maju untuk Negara Berkembang, maksudnya adalah Negara Berkembang dipandang sebagai negara yang memiliki pekerjaan rumah, sedangkan Negara Maju sebagai penyedia dana.
3) Dokumen MDGS dirumuskan oleh para elite tanpa melalui diskusi dan konsultasi.
4) Ada 8 tujuan dari MGDS Sebagian besar hanya untuk mengatasi gejala kemiskinan.
SDGS : (2016-2030)
1) Target dan sasarannya adalah semuanya bukan separuh namun hingga tuntas, 2) Berlaku universal, maksudnya SDGS memandang bahwasannya semua negara baik negara maju dan berkembang, memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dan harus bekerja sama untuk mendapat sumber pembiayaan, 3) Dokumen SDGS adalah hasil rumusan bersama dari kurang lebih 100 Negara dan hasil survei warga, 4) ada 17 tujuan SDGS adalah untuk merombak struktu dan sistem.
Berikut adalah sebab-sebab SDGS tak kunjung mencapai keberhasilan.
Tujuan SDGS telalu banyak.
SDGS memiliki 17 tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. 17 tujuan SDGS ini untuk merombak struktur dan sistem, akan tetapi itu sangatlah tidak sesuai dengan keadaan yang ada pada saat ini, selain karena adanya pandemi covid 19, juga karena banyaknya masalah yang terjadi di negara ini.
Target pencapaian SDGS terlalu singkat
SDGS memiliki target pencapaian pada 2030, sedangkan SDGS dimulai pada 2016. Dalam kurun waktu kurang lebih 14 tahun SDGS ingin mencapai 17 tujuan yang berat untuk dilaksanakan mengingat banyaknya masalah yang ada dan kurangnya masalah yang ingin diatasi.
Perencaan belum tepat sasaran
SDGS memiliki 17 sasaran, 169 target dan 241 indikator baik dalam pilar pembangunan sosial, pilar pembangunan ekonomi, pilar pembangunan lingkungan, pilar pembangunan hukum dan tata kelola.
Mengapa SDGS dikatakan belum tepat sasaran? Sebagai salah satu contoh dari tujuan SDGS adalah “Tanpa Kelaparan” berarti harus menggempur produksi pangan agar tujuan tersebut tercapai, akan tetapi perlu dipertimbangkan lagi tentang bagaimana dampak yang akan ditimbulkan kepada lingkungan, karena itulah mengapa perencanaan SDGS dikatakan belum tepat sasaran.
Maraknya kasus korupsi yang merajalela
Kasus korupsi yang terjadi dinegara ini bukanlah hal yang tabu lagi, akan tetapi adalah hal yang sudah biasa didengar dimana-mana, kasus korupsi menjadi salah satu pemicu SDGS tak kunjung mencapai keberhasilan karena pembiayaan pembangunan akan efektiv apabila korupsi sudah diberantas, namun kecil kemungkinan untuk memberantas korupsi, selain korupsi adalah masalah dunia, korupsi juga adalah masalah yang sangat sulit diatasi mengingat betapa banyaknya kasus korupsi yang terjadi.
Adanya pandemi covid 19
Pandemi covid 19 sudah ada sejak akhir Desember 2019 yang bermula ditemukannya beberapa kasus yang ada di negara china, hingga saat ini kurang kebih hendak menginjak 3 tahun pandemi covid 19 ini belum berlalu dan pengelolaan keuangan negara tidak dapat berfokus pada satu pencapaian saja sehingga pembiayaan pembangunan kurang efektiv bahkan dapat memicu kegagalan dalam perencanaan pelaksanaan SDGS.
Kurangnya riset dan data yang dibutuhkan
Riset dan data adalah 2 hal yang sangat penting untuk kelancaran dan keberhasilan SDGS, jika riset tidak dilakukan dan data yang ada masih tidak memadai maka akan besar kemungkinan akan terjadi beberapa kesalahan yang tidak diharapkan, sehingga dari kesalahan yang terjadi akibat kurangnya riset dan data, pencapaian pelaksanaan SDGS akan terganggu bahkan bisa terancam gagal.
Kurangnya kemauan dan kesadaran
Salah satu penyebab SDGS tak kunjung mencapai keberhasilan adalah kurangnya kemauan dan kurangnya kesadaran dari masing-masing diri masyarakat, apabila mereka memiliki kesadaran maka dari situ akan timbul kemauan sehingga dapat membuat perubahan, jika sudah ada perubahan maka besar kemungkinan tujuan-tujuan SDGS akan tercapai. (*)
*Penulis adalah mahasiswi Program Studi Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo